PORTALBERITALAMPUNG.COM – Rendahya minat baca di Provinsi Lampung mendorong banyak pihak berupaya meningkatkan literasi. Seperti yang dilakukan Purwanto dengan menidirikan perpustakaan dan ruang temu Baca di Bataranila.
Awalnya Purwanto dan istri ingin membuat sebuah perpustakaan pribadi yang menyimpan seribuan koleksi buku yang mereka kumpulkan. Namun melihat perkembangan literasi di Lampung, mereka memutuskan untuk membukanya secara umum.
“Dibuka sejak pertengahan tahun 2023 Baca di Bataranila tidak berdiri tunggal, dengan konsep yang sama dan bahkan nama yang sama juga berdiri di tempat-tempat seperti di Jakarta Selatan yang notabene awal mula berdiri, yang kedua di Lampung yaitu Baca di Bataranila. Lalu yang ketiga baca di Ciremai itu berlokasinya di kaki gunung Ciremai, dan yang keempat berada di Borobudur Magelang ” ungkap Founder Baca di Bataranila, Purwanto, saat diwawancarai, Selasa (13/2/2024).
Seiring berjalannya waktu, ruang perpustakaan ini bukan hanya sekadar tempat untuk mengarsipkan buku. Teman dan kerabat dekat yang datang merasakan kenyamanan dalam konsep desain minimalis yang dirancang oleh Purwanto. Setiap sudutnya dihadirkan dengan rapi, unik, dan dapat dinikmati hingga setiap detailnya menjadi instagenic.
Purwanto mengungkapkan bahwa Baca di Bataranila bukan hanya tentang perpustakaan, tetapi juga tentang tema Perpustakaan dan Ruang Temu. Konsep ini tidak eksklusif, dan siapa pun yang ingin mereplikasinya dengan karakter dan situasi lingkungan masing-masing diterima dengan tangan terbuka.
“Dan kami juga terbuka untuk diskusi-diskusi agar bisa menjadi pelajaran apabila ingin membuka rumah baca ini. Inilah, yang menjadi trigger akhir yang memantapkan saya untuk membuka Baca di Bataranila ini,” jelasnya.
Dengan koleksi mencapai tujuh ribu lebih bahan pustaka, Baca di Bataranila menjadi tujuan yang sangat diminati. Tidak heran jika tempat ini jadi sarang bagi kalangan pelajar dan mahasiswa yang mengerjakan tugas maupun skripsi.
Selain itu, Purwanto menjelaskan jika ia menjadikan Baca di Bataraina untuk menciptakan ruang mengembangkan sosial entrepreneurship di Baca di Bataranila. Ia menjelaskan bagaimana perpustakaan ini tidak hanya berdiri, tetapi juga berkembang, melibatkan ide-ide kreatif dan konsep lainnya.
“Sejauh ini baca di Batara Nila pure dari kantong pribadi kita sendiri hampir 90 persen merupakan modal sendiri. Hal ini dilakukan, demi menarik masyarakat terutama kaula muda untuk mengembangkan minat baca terutama di Provinsi Lampung,” ujarnya.
Dengan hadirnya Baca di Bataranila ia berharap dapat menggairahkan minat baca bagi masyarakat yang ada di Provinsi Lampung.
“Yang kita lihat bahwa minat baca di provinsi Lampung sangat kecil hal itu terlihat dari indeks-indeks yang disampaikan. Mudah-mudahan nanti, banyak program dan pengembangan yang bisa dilakukan untuk mendukung literasi dan untuk mengembangkan minat baca terutama generasi muda saat ini,” pungkasnya.***