PORTALBERITALAMPUNG.COM, BANDAR LAMPUNG – Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Digital Eco-Archipreneur Review (DEAR) 2025, mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Bandar Lampung (UBL) memamerkan karya-karya desain bangunan ramah lingkungan yang telah mereka rancang menggunakan platform EDGE. Pameran bertajuk EDGE Exhibition: From Idea to Green Impact ini digelar Senin (26/5) di Co-Working Space, Innovation Center UBL, dan menjadi sorotan utama bagi delegasi Swiss yang hadir.
Pameran ini menampilkan lebih dari 20 karya mahasiswa yang telah mengintegrasikan prinsip efisiensi energi, penggunaan air, dan material berkelanjutan dalam desain arsitektur mereka. Pameran ini dibuka secara resmi oleh Duta Besar Swiss untuk Indonesia, H.E. Olivier Zehnder, yang turut didampingi oleh Wakil Duta Besar Swiss Mathias Domeni serta perwakilan dari SECO, Muhammad Halil Rahim.
Dalam sambutannya, Dubes Zehnder menyatakan kekagumannya terhadap kualitas dan visi desain yang ditampilkan oleh mahasiswa UBL. Ia menilai karya-karya tersebut sebagai bukti bahwa pendekatan pendidikan berbasis teknologi hijau telah berjalan dengan baik di institusi ini.
“Kami sangat terkesan melihat bagaimana mahasiswa UBL mampu menerjemahkan nilai-nilai keberlanjutan dalam karya nyata. Ini menunjukkan bahwa investasi pada pendidikan hijau memberikan dampak yang konkret,” ujarnya.
Pameran ini juga menjadi ajang bagi mahasiswa untuk mempresentasikan konsep desain mereka secara langsung di hadapan delegasi internasional. Salah satu karya yang mendapat perhatian khusus adalah rancangan Eco-Living Hub karya tim mahasiswa semester enam, yang menggabungkan prinsip desain tropis, sistem ventilasi pasif, dan material lokal daur ulang. Proyek ini berhasil meraih prediksi efisiensi energi hingga 42% berdasarkan simulasi EDGE.
Dosen pendamping, Ir. Yuli Andayani, MT, menyampaikan bahwa pameran ini merupakan bagian dari implementasi kurikulum DfGE (Designing for Greater Efficiency) yang telah diterapkan di UBL sejak 2023. Ia menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek seperti ini bertujuan untuk mengasah kemampuan analitis, inovatif, sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan mahasiswa.
“Melalui pameran ini, mahasiswa tidak hanya belajar teknis desain, tapi juga memahami tanggung jawab moral sebagai calon arsitek dalam menciptakan ruang hidup yang berkelanjutan,” ujar Yuli.
Selain pameran, kegiatan juga dirangkai dengan sesi interaktif bersama Konsultan Senior IFC, Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Sc., Ph.D, yang memberikan umpan balik terhadap proyek mahasiswa. Ia mengapresiasi kedalaman analisis dan keberanian eksplorasi yang ditunjukkan dalam setiap desain, serta mendorong mahasiswa untuk terus mengembangkan gagasan mereka ke tingkat implementasi nyata di masyarakat.
Puncak kegiatan ditandai dengan pemberian penghargaan Best Sustainable Design Award yang diberikan kepada tiga karya terbaik. Penghargaan ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk terus berkarya dan menjadi agen perubahan di bidang arsitektur berkelanjutan.
Melalui pameran ini, UBL menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat inkubasi inovasi arsitektur hijau di Indonesia. Kegiatan ini juga memperkuat posisi UBL sebagai kampus pionir dalam pengembangan pendidikan arsitektur berbasis teknologi dan lingkungan di tingkat nasional dan regional. (*)