Portalberitalampung.com (SMSI) Bandar Lampung-Rencana ambisius Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, untuk membangun proyek kereta gantung senilai Rp2,5 triliun di kawasan rumah dinas wali kota telah menyulut gelombang amarah publik. Proyek yang digadang-gadang akan dibiayai oleh investor asal Tiongkok itu dinilai warga sebagai simbol kepemimpinan yang kehilangan arah, jauh dari kebutuhan mendasar masyarakat.
Di media sosial, suara kritik membanjir tanpa ampun. Warganet menyebut proyek ini tak lebih dari “mimpi kosong penguasa” yang mencederai logika publik, apalagi di tengah tumpukan persoalan yang belum terselesaikan. Dari banjir yang terus berulang, jalan berlubang yang menganga seperti kubangan, hingga tumpukan sampah yang menghiasi sudut kota—semua menjadi bahan perbandingan yang tajam dan menyakitkan.
Tak sedikit warga yang menganggap proyek ini sebagai bentuk “pencitraan mewah” yang memuakkan.
“Rp2,5 triliun cuma buat mainan di rumah dinas? Rakyat disuruh sabar tiap hujan air masuk rumah. Ini bukan pemimpin, ini penguasa yang lupa daratan,” tulis akun Instagram @naka_kyotaru.
Kekesalan publik semakin membara setelah muncul informasi bahwa proyek ini akan dijalankan melalui kerja sama dengan investor asing asal Tiongkok. Banyak yang mencium aroma kepentingan terselubung, ditambah minimnya transparansi dalam proses perencanaan hingga pendanaan.
“Investor asing masuk, rakyat cuma jadi penonton. Jangan-jangan Bandar Lampung dijual diam-diam atas nama ‘pembangunan’,” sindir akun @kritikpedaslampung.
Desakan pembatalan proyek kini menguat. Masyarakat mulai mengorganisir petisi daring dan merancang aksi turun ke jalan jika proyek ini tetap dijalankan. Mereka juga meminta DPRD Kota Bandar Lampung untuk segera turun tangan, mengawasi proses anggaran dan menyelidiki potensi konflik kepentingan yang membayangi kerja sama lintas negara ini. (Bal)